Editor: Rizky Zaenal Mutaqin
Penulis : Arby Auliananda Binu
Status : Mahasiswa Master Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kota Tasikmalaya, tasikraya.com-
Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 membawa suasana baru dalam lanskap Demokrasi di Kota Tasikmalaya.
Dengan 5 Pasangan Calon yang hadir dari berbagai latar belakang. Kontestasi ini tidak hanya sekedar pemilihan Kepala Daerah.
Tetapi juga menjadi cerminan dari bagaimana Demokrasi diterapkan di tingkat lokal. Variasi kandidat yang diusung oleh berbagai Partai memperlihatkan upaya untuk merangkul keragaman aspirasi masyarakat, sebuah prinsip dasar Demokrasi yang mengedepankan keterwakilan luas dan kebebasan memilih.
Menurut Robert Dahl, salah satu teoritisi Demokrasi terkemuka, Demokrasi yang sehat adalah Demokrasi yang menyediakan ruang bagi masyarakat untuk memilih pemimpin dari berbagai alternatif (Dahl, On Democracy, 2000).
Pilkada Tasikmalaya kali ini menjadi bukti bagaimana masyarakat diberi akses terhadap pilihan yang beragam. memungkinkan mereka untuk menentukan pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi lokal.
Latar Belakang Kandidat dan Tantangan Demokrasi Lokal
Kota Tasikmalaya memiliki Sejarah panjang dalam Politik lokal, dengan masyarakat yang semakin kritis dan partisipatif dalam proses pemilihan.
Dalam Pilkada kali ini, lima pasangan calon yang maju memperlihatkan variasi latar belakang mulai dari Politisi Senior, Birokrat, hingga Tokoh Agama dan Selebritis.
Latar belakang kekuatan Partai di Tasikmalaya turut memperkaya dinamika Politik dalam Pilkada ini. Berikut analisa mengenai perolehan suara partai pendukung yang dapat memberi gambaran tentang pengaruh masing-masing pasangan calon:
Pasangan Nomor Urut 1 Nurhayati Effendi-H Muslim Diusung oleh PPP (15,48% Suara Legislatif) dan PDIP (7,89%), Pasangan ini mencerminkan kolaborasi antara Partai bernuansa Agamis dan Nasionalis.
Nurhayati, seorang Politisi Perempuan yang juga Pengusaha, membawa pengalaman Legislatif Nasional serta jaringan bisnis yang kuat. Kolaborasinya dengan Politisi PDIP menunjukkan kesepakatan strategis untuk memadukan basis Tradisional PPP yang Agamis dengan nilai-nilai Pluralisme PDI Perjuangan.
Pasangan Nomor Urut 2 Ivan Dicksan Hasanudin dan Dede Muhamad Muharam-Pasangan ini diusung oleh PKS, Demokrat, PSI, PKN, Perindo, dan partai-partai lainnya.
Pasangan ini menggabungkan pengalaman Ivan sebagai Birokrat dengan kiprah Dede di Legislatif.
PKS, sebagai Partai utama dengan 11,63% Suara, memberikan basis Agamis yang kuat, sementara Demokrat dan PSI mewakili segmen Moderat hingga Progresif.
Dari perspektif Demokrasi lokal, kehadiran Birokrat sebagai calon dalam Pilkada memperlihatkan komitmen terhadap Pemerintahan yang Profesional dan bersih, menciptakan dinamika Politik yang lebih akuntabel dan berorientasi pelayanan Publik.
Pasangan Nomor Urut 3 Muhammad Yusuf dan Hendro Nugraha, Pasangan ini mengandalkan kekuatan Golkar (8,59%) dan PAN (7,6%) ini membawa Muhammad Yusuf, calon Petahana yang telah menjabat sebagai Walikota.
Pengalaman Yusuf dalam Pemerintahan diharapkan dapat memberikan stabilitas dalam kelangsungan kebijakan lokal.
Namun, seperti diingatkan dalam teori Demokrasi oleh Schumpeter, adanya Petahana memerlukan pengawasan ekstra agar kompetisi tetap adil dan tidak didominasi oleh akses kekuasaan yang berlebih.
Pasangan Nomor Urut 4 Viman Alfarizi Ramadhan dan Dicky Candra, dengan dukungan oleh Partai Gerindra (19,85%) dan Partai Nasdem (4,14%). Pasangan ini menjadi sorotan karena Viman merupakan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dan Dicky Candra adalah Figur Publik yang Populer.
Kehadiran seorang Tokoh Selebritis seperti Dicky dalam Politik menunjukkan Fenomena Politik Selebritis yang kian populer. Menurut John Street, Selebritis dalam Politik dapat meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat, terutama kalangan muda yang cenderung apatis.
Pasangan Nomor Urut 5 Yanto Aprianto dan Aminudin Bustomi-Didukung oleh PKB (11,08%). Pasangan ini mencerminkan Demokrasi Partisipatif yang melibatkan Tokoh Agama.
KH Aminudin yang juga Ketua MUI Kota Tasikmalaya menambah dimensi Religius dalam kontestasi ini, yang diharapkan bisa menarik suara dari kalangan masyarakat yang lebih konservatif. Kehadiran Tokoh Agama dalam Politik sering kali memperkuat nilai-nilai moral dalam kebijakan Publik dan meningkatkan partisipasi dari kelompok-kelompok yang lebih Religius.
Analisis Demokrasi Lokal: Apakah Pilkada Mencerminkan Kehendak Rakyat?
Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 memperlihatkan bagaimana Demokrasi lokal mampu menyerap dan mewakili berbagai kelompok dalam masyarakat.
Dalam konteks Demokrasi, variasi calon yang maju menjadi kekuatan karena memungkinkan masyarakat untuk memilih berdasarkan nilai, visi, dan latar belakang yang berbeda-beda. Dengan hadirnya 5 kandidat yang mewakili Spektrum Politik dan sosial yang luas, Pilkada ini sejalan dengan gagasan demokrasi yang inklusif dan partisipatif.
Meski begitu, Demokrasi lokal tidak lepas dari tantangan, seperti isu dominasi kekuasaan petahana atau potensi konflik kepentingan bagi kandidat dengan latar belakang bisnis.
Teori Demokrasi oleh Robert Dahl menekankan pentingnya kontrol dan partisipasi Publik dalam mengawasi proses Politik agar tetap berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Demokratis.
Dalam konteks ini, Warga Kota Tasikmalaya diharapkan berperan aktif dalam memastikan bahwa Pilkada berjalan bersih, kompetitif, dan berkeadilan.
Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 bukan sekadar pemilihan kepala daerah, melainkan manifestasi dari cita-cita demokrasi lokal yang memberi ruang bagi seluruh kalangan untuk memilih pemimpinnya.
Melalui keberagaman pasangan calon, Pilkada ini mencerminkan Demokrasi yang tidak hanya mengutamakan kebebasan memilih. Tetapi juga mewakili keragaman sosial di tengah masyarakat.
Dengan harapan besar akan terciptanya kepemimpinan yang berintegritas dan responsif terhadap kebutuhan warga, Pilkada ini diharapkan menjadi contoh bagi Demokrasi di tingkat lokal yang sehat dan inklusif.