Tasik Raya

Hasrat Fana Para Pemimpin Bangsa

Oleh : Sigit Awaludin

Hasrat merupakan kata baku yang sering kita temui ketika manusia memiliki keinginan tertentu, hasrat manusia tergolong pada hal yang sangat sulit ditebak. Thomas Hobbes pernah menulis bahwa hasrat adalah dorongan aktif dalam diri manusia yang jika dipenuhi justru akan memusnahkan dirinya sendiri. Hasrat adalah doxa (paradox) hal yang kontradiktif dengan kenyataanna.

Hasrat akan kekuasaan menjelma kedalam hasrat akan kebenaran dan kepastian. Kedua hasrat tersebut tidak bisa dipisahkan mereka saling bertautan. Klaim kebenaran yang saling berkontestasi di ruang public atau media dijadikan satu klaim kebenaran absolut yang bersifat dogmatis, yang pada akhirnya mengurung kompleksitas realitas itu sendiri.Para pemimpin kita harus memahami akan hal ini. Mereka harus bisa membedakan antara kebenaran yang sesungguhnya dan kebenaran yang dipaksakan; antara kepastian yang masuk akal dan kepastian yang ‘dipasti-pastikan’.

Seorang pemimpin harus mengenali hasratnya, hasrat bisa akrab bisa juga asing bagi manusia. Semakin kita mengejar untuk memenuhi hasrat semakin itu pula kita akan merasa hampa. Karena pada hakikatnya hasrat adalah kenikmatan yang sangat sementara. Seperti unsur hasrat lainnya, hasrat untuk menjadi penguasa adalah hasrat yang memberikan kenikmatan. Jika orang berhasil menjadi pemimpin, ia akan memperoleh kenikmatan yang besar. Hal yang sama juga bagi hasrat kekuasaan, semakin orang ingin berkuasa, semakin itu pula ia kehilangan makna kekuasaannya.

Maka dari itu kita harus mengetahui bahkan mengekang hasrat yang ada dalam relung-relung jiwa kita, karena hasrat adalah sumber dari semua kejahatan. Manusia yang tidak mau tahu akan hasrat yang ada dalam dirinya hancurlah dia. Karena, Membenci tanpa mengenali sama naifnya dengan tidak mau tahu tentang musuh yang ganas.

Editor : Faisal Akbar/tasikraya.com